Kehidupan

Berikan pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan :)

Jumat, 09 September 2011

Melepasmu dengan Senyuman


Hujan yang tak disangka kehadiranya tiba- tiba datang di awali langit yang seakan tertutup oleh awan hitam , Risa sedang duduk di kursi ruang tamu, tiba- tiba seseorang mengetuk pintu rumah dan memanggil namanya. Dia terkejut ketika melihat seorang lelaki yang basah kuyup dan ternyata dia adalah Rama, sahabat terbaiknya yang sudah lama menghilang karena harus pindah bersama orang tuanya.
“Rama,, ini benar kamu ma ?”
“iya, ini aku aku Rama, Risa tak kusangka aku bisa bertemu denganmu lagi ?”
Tanpa pikir panjang , Risa pun mempersilahkan sahabatnya itu masuk. Segeralah dia mengambil handuk serta membuatkan secangkir teh hangat untuk Rama. Setelah beberapa waktu berlalu, Risa seakan bertanya- tanya apa yang telah terjadi.
“Apa yang terjadi Rama, kemana saja kamu selama ini ? Kenapa kamu pergi tanpa pamit, dan menghilang begitu saja dari ku? Sekarang tiba- tiba kamu datangi aku!! Apa kamu sudah bosan denganku ?”
Rama tersenyum dan menatap ke dua mata Risa, seakan menunjukkan betapa dia sangat merindukan seseorang yang begitu ia sayangi. Dengan tenang ia menjelaskan semua yang telah terjadi.
“Maafkan aku Ris, sudah dua tahun meninggalkanmu tanpa memberi kabar. Aku pindah ke Sumatra bersama ibuku.”
“ Ke Sumatra ? lalu kamu datang kesini dengan siapa ma? Kamu sendirian?”
“iya, Aku terpaksa pindah ke Sumatra Ris, kasian ibu ku sendirian disana”
“Maksud kamu apa Rama ? Apa terjadi sesuatu dengan ayahmu ?”
“Ris, ayahku pergi meninggalkan ibu dan aku, dia pindah kerja ke Luar Negri dan ternyata dia sudah punya istri baru. Sekarang hanya aku satu- satunya orang yang ada untuk ibu ku. Berat sekali rasanya aku meninggalkanmu Ris!”
“Maafkan aku Rama, kamu harus janji kamu harus kuat dan kamu harus bisa jaga ibu kamu di sana, jangan sedih ya.”
Tiba- tiba Rama perlahan menutup matanya, wajahnya terlihat sangat pucat dan badanya sangat lemas. Risa merasa panik dan gelisah, dibawanya Rama ke sebuah rumah sakit dekat rumahnya. Setelah beberapa saat berlalu, dokter kembali dengan memasang wajah penuh kesedihan. Dengan jelas Dokter menjelaskan kepada Risa bahwa Rama menderita penyakit kanker darah. Risa tak kuasa menahan tangisnya.
Setelah Risa mengetahui penyakit yang diderita sahabatnya, ia seakan ingin membahagiakan Rama di sisa- sisa hidupnya yang mungkin sudah tidak lama lagi. Tiga hari berikutnya, ibu Aisyah yaitu ibu dari Rama datang untuk menjemput Rama pulang ke Sumatra lagi. Namun, sungguh Risa tak dapat menahan tangisnya, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di rumah Risa 3hari lagi.
Langit senja nampak begitu merah, matahari pun seakan bergegas kembali ke sarangnya. Angin berhembus membelai lembut wajah Rama yang terlihat pucat. Duduklah disebelahnya seorang wanita yang selama ini ia sayangi yaitu Risa. Saat itu, Rama berpesan kepada Risa.
“Risa, aku ingin mengatakan sesuatu”
“Apa yang ingin kau katakan ? apa kamu mau pamit ? tolong jangan berfikir hidupmu sudah tak lama lagi, hidup dan mati Tuhan yang menentukan. Bukan kamu !”
“Risa,,, tunggu dulu, aku ingin bicara... sebenarnya keinginanku selama ini adalah bertemu denganmu dan mengatakan bahwa aku mencintaimu bukan hanya sebatas sahabat, tapi lebih dari itu. Namun apa daya ku, aku tidak akn pernah bisa membuatmu senang Ris, aku sudah terima kenyataan ini, memang jalan hidupku begini. Sekarang yang aku harapkan adalah melihatmu tersenyum dan hidup bahagia. Pesanku tolong jika waktuku nanti tiba kamu tidak boleh menangis dan harus tetap tersenyum?”
“Rama,, jujur aku juga mencintaimu!”
Seketika Risa memotong perkataan Rama dan ia memeluk erat sahabat tersayangnya itu. Suasana di pinggir pantai itu menjadi sangat mengharukan. Risa membiarkan Rama bersandar di bahunya dan ia bercerita tentang masa-masa kecilnya dulu. Tanpa ia sadari ternyata Rama sudah menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya. Risa memeluk erat Rama dan seakan perlahan melepas kepergian Rama. Ia berjanji akan selalu mengingat pesan-pesan terakhir itu.

Mengenai Saya

Foto saya
Kendal, Jawa Tengah, Indonesia